Misdinar Vianney

Minggu, 23 Oktober 2011

Kasih Untuk Ujang

(disarankan membaca kisah ini sambil mendengarkan lagu -seperti yang Kau ingini-)
seperti yang kau ingini

kalau saja sore itu aku ngga ikut acara yang diadakan OMK wilayah di gerejaku ke Cibodas, mungkin aku ga akan kenal dia. mengenalnya merupakan salah satu anugerah buat aku. aku belajar banyak hal dari dia, belajar tentang HIDUP ! meski usianya baru 8 tahun..

aku sangat senang ikut serta dalam acara ini, meski disisi lain ada yang membuatku tidak senang. tapi paling engga dengan adanya Ujang (nama bocah kecil itu) aku bisa sejenak melupakan ketidaksenanganku itu..

awalnya karna bete, cape, kesel harus jalan jauh, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan pelan-pelan dibelakang.
sewaktu sedang berjalan, tanpa sengaja aku melihat bocah kecil yang kumuh sedang menawarkan jasa kesalah seorang pengunjung di Cibodas.

"Hei, ngapain sih ngikutin aja? saya kan udah bilang kalau saya ga perlu dibantuin !!" bentak salah seorang pengunjung yang kesal melihat aksinya

dia hanya menatap pemilik suara tersebut lalu berjalan menjauh. dia hanya sendiri. hati kecilku bertanya, "kemana orang tua anak ini?"

dengan jalan agak cepat, dan sengaja berjalan melewati bocah itu dengan tujuan supaya bocah itu beralih kepadaku dan menawarkan jasanya..

dan benar. setelah melihatku berjalan melewatinya dengan menenteng sepasang sendal ditangan, dia lalu berjalan, dengan langkah yang semangat sambil bernyanyi dan tiba-tiba berhenti didepanku. aku spontan menghentikan langkah kakiku. dia tersenyum manis

"mba kenapa ? capek ya? mba mau saya bantuin bawa barangnya ga?"

astaga! ramahnya bocah ini. tapi ya itu memang sudah menjadi keharusannya untuk ramah kepada setiap pengunjung.

"mba !!" sapanya membuyarkan lamunanku..

aku tersenyum kepadanya

"mba namanya siapa? " tanyanya dengan senyuman manis yang menimbulkan lesung pipi di ujung kedua sisi bibirnya

"saya Marheni Widyaningrum, km bisa panggil saya...."

"Mar?" potongnya cepay

aku hanya menganggukan kepalaku

"mba mar mau ga saya bantuin bawa barangnya? mba ga cape emang?"

"cape sih, tapi ini kan cuma sendal"

"gapapa mba, sini saya bawain. mba mar mau bayar saya 1000 aja gapapa kok. saya belum dapet uang seharian ini."

Tuhan...
betapa mirisnya hati ini, mendengar pengakuan dari seorang bocah kecil yang manis ini. seharian naik turun dicibodas, dan kalau dirasakan perjalanan untuk naiknya itu bisa dibilang ga main-main. melelahkan !! dia yg seharian ini turun naik belum mendapatkan uang sepeserpun !!
akhirnya aku menerima penawaran dari bocah ini dengan menyuruhnya membawa sendalku. ;)

"kamu tinggal dimana?"

"diatas sana, dekat air terjun mba, bagus deh. nanti kalau mba naik saya tunjukin rumah saya. mau kan?" ajaknya

"oke deh, tapi nanti kalau udah dirumah kamu, kamu kasih aku makanan ya. hehe"

"okelah kalau begitu, kalau cuma tape saya bisa kasih" ucapnya sambil tertawa

aku berjalan berdampingan dengannya

"menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga.."
suaranya yang merdu beralun menghiasi sore hari.

berhubung sebagian temanku tidak naik keatas, jadi aku pun juga terpaksa tidak ikut naik keatas..
sambil duduk dibawah pohon dan makan kacang yang aku bawa dari rumah, aku memakannya bersama dengan ujang dan temannya

"mba, saya tinggal disana sama nenek" ucapnya tanpa malu

entah kenapa aku menangis

"mba, ini foto nenek saya, kalau saya cari uang pasti ditemenin sama foto nenek"

aku mengambil foto yang dipegang ujang. disana terlihat seorang nenek tua sedang berdiri didepan gubuk kecil yg terbuat dari sisa seng bekas dan kayu tua yg membentuk seperti kotak besar.

"ini foto dimana?"

"itu rumah saya mba"

astaga ! nenek tua yang harusnya menikmati masa tuanya harus ada ditempat seperti itu?

tidak lama kemudian aku dipanggil oleh teman-teman karna masih ada kegiatan lain yang harus dilaksanakan karna hari sudah semakin sore.
sebelum beranjak pergi aku memberikan semua kacangku lalu mengambil uang kertas dari dompetku dan memberikannya.
tapi seketika aku terkejut karna ujang tidak mau menerima uang yang aku berikan.

"ga usah mba, kacangnya udah cukup kok"

aku memegang tangannya. diusianya yang masih kecil dia sudah harus merasakan kerasnya hidup ini, karena sudah terbiasa dengan yg dialaminya makanya dia ga merasa menderita. dia menikmati apa yang harus dijalaninya. dia bernyanyi, dia menari dan dia tersenyum
entah kenapa aku senang bisa bertemu dan berbagi kasih dengan ujang. yang pasti membuat aku bahagia adalah bisa melihat senyumannya. aku suka dengan kepolosannya

Doa Santo Tarsisius

Santo Tarsisius
engkau telah menunjukkan kepada kami,
bahwa kami harus rela
mengorbankan segala-galanya bagi Tuhan.
Engkau malah sampai wafat
karena cinta kepada Ekaristi Kudus.
Tolonglah kami
untuk menjadi putera – puteri altar yang baik,
yang tidak pernah terlambat,
sungguh – sungguh berdoa,
serta mencintai Tuhan dengan sepenuh hati
Amien.

Maaf bila aku mengeluh

Hari ini, di sebuah angkutan umum, aku melihat seorang remaja cantik dengan rambut sedikit ikal. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan aku sangat ingin memiliki gairah hidup yang sama. Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika dia lewat …. ia tersenyum. Ya Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku.
Aku berhenti untuk membeli sedikit kue. Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona. Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira. Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa. Ketika aku pergi, dia berkata, ‘Terima kasih. Engkau sudah begitu baik. Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Lihatlah, aku buta.’ Ya Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.
Lalu, sementara berjalan. Aku melihat seorang anak mirip bule dengan bola mata biru. Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain sepak bola. Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak, lalu berkata, ‘Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak ?’ Dia memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar. Ya Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.
Dengan dua kaki untuk membawaku ke mana aku mau. Dengan dua mata untuk memandang mentari dan bukit-bukit. Dengan dua telinga untuk mendengar desir angin dan segala bunyi.
Ya Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.