Misdinar Vianney

Sabtu, 15 September 2012

Apakah Katolik Menyembah Patung dan Bunda Maria?

Pembuatan Patung

Berikut ini adalah ayat dari kitab keluaran 20 : 3-5 yang sering digunakan untuk menuduh bahwa katolik menyembah patung, padahal pembuatan patung dilarang.‎

3.Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. 4.Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5.Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci aku.
3.You shall not have other gods besides me (NAB, CCB); no other gods before me(RSV, NIV, KJV); 4.You shall not carve idols (NAB); a graven image (RSV); any graven image (NIV, KJV); a carved image (CCB) for yourselves in the shape of anything in the sky above or on the earth below or in the waters beneath the earth; 5.you shall not bow down (NAB, RSV, NIV, KJV, CCB) before them or worship them: for I the LORD your God am a jealous God, visiting the iniquity of the fathers upon the children to the third and the fourth generation of those who hate me.
Catatan: NAB= New American Bible; RSV= Revised Standard Version; NIV= New International Version; CCB= Christian Community Bible.

Kata patung tersebut dalam bahasa inggris adalah carved idols atau graven image, dimana artinya adalah patung berhala.
Nah, kalo dilihat konteksnya maka yang tidak diperbolehkan adalah membuat patung untuk dijadikan berhala atau disembah. Lalu apakah boleh membuat patung namun tidak disembah? Tentu saja tidak ada masalah, Tuhan sendiri memerintahkan untuk membuat patung seperti yang terlihat dari ayat berikut :

Kel 25:18-19 : Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya.
Bil 21:8 : Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”

Jadi, jelas bahwa umat katolik membuat patung tidak untuk disembah, melainkan mereka menghormati apa yang digambarkan oleh patung tersebut (misalnya para kudus atau Bunda Maria). Hanya Allah yang boleh disembah.


Berdoa Melalui Perantaraan Bunda Maria
Umat Katolik tidak pernah menyembah Bunda Maria, dan tidak ada satupun ciptaan yang bisa disejajarkan dengan Yesus Kristus yang adalah Allah.  Katekismus Gereja Katolik menjelaskan :

970 Adapun “peran keibuan Maria terhadap umat manusia sedikitpun tidak menyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya. Sebab segala pengaruh santa Perawan Maria yang menyelamatkan manusia … berasal dari kelimpahan pahala Kristus. Pengaruh itu bertumpu kepada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung daripadanya, dan menimba segala kekuatannya daripadanya” (LG 60). “Sebab tiada satu mahkluk pun yang pernah dapat disejajarkan dengan sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh umat beriman, dan seperti satu kebapakan Allah dengan cara yang berbeda-beda pula terpancarkan secara nyata dalam mahkluk-mahkluk, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada mahkluk-mahkluk aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber” (LG 62).

Alasan mengapa kita berdoa melalui perantaraan Bunda Maria sama dengan alasan kita berdoa melalui para Kudus, yang bisa dibaca di artikel ini (silakan klik).

 Kredit: http://luxveritatis7.wordpress.com

Mengapa Berdoa Melalui Para Kudus dan Mendoakan Arwah ?

Dasar Biblis : Berdoa melalui Perantaraan Para Kudus

Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (Wahyu 5:8)

Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. (Wahyu 8: 3-4)

Orang Katolik yakin Orang Kristen yg telah meninggal sungguh hidup bersama Kristus. Tuhan Yesus telah mengaruniakan hidup kekal kepada mereka yang telah makan Tubuh dan Darah Kristus (dalam Ekaristi) seperti yang dijanjikannya dalam Yoh 6:35, 48, 51, 53-58, “…Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu…. Barang siapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Jadi dalam pengertian ini, Para Kudus yang meninggal dalam Kristus tersebut, sesungguhnya lebih “hidup” dari pada kita, sebab mereka telah bersatu dengan Sang Hidup itu sendiri yaitu Kristus, di surga.

Gereja Katolik tidak membatasi bahwa pengertian “orang kudus” ini hanya terbatas pada orang-orang yang masih hidup di dunia. Orang kudus yang meninggal dalam Kristus, tidak berhenti menjadi orang kudus setelah ia memasuki hadirat Allah yang ilahi. Para Orang Kudus yang sudah meninggal dan masuk Surga ini juga merupakan bagian dari Gereja yang Satu. Mereka tetap menjadi anggota Tubuh Kristus [yang satu] oleh karena jasa Yesus Kristus sebagai Kepalanya. Jadi keanggotaan mereka dalam Gereja tidak berhenti dgn kematian.

Itulah alasan doa-doa dari orang Kudus masih tetap dimohonkan, sebagaimana kita meminta didoakan oleh orang-orang Kristen yg masih hidup. Itulah alasan kenapa kami berdoa kepada Maria dan kepada Orang-Orang Kudus yg telah meninggal. Mereka meminta Orang-Orang Kudus ini mendoakan mereka kepada Allah. Jika kita semua setuju bahwa mereka sungguh hidup bersama Kristus, maka mereka dapat berdoa untuk kita kepada Allah sepanjang waktu.
“Hendaklah kamu saling mendoakan….doa orang yg benar, sangat besar kuasanya” (Yak 5:16; bdk. Why 8:3-4)

Apakah kamu mengatakan bahwa tidak memerlukan siapa-siapa selain Tuhan? Jika iya maka kamu pasti lebih hebat daripada Yesus sendiri. Bahkan Yesus sendiri pun menyediakan diri-Nya untuk dilayani oleh para Kudus dan Malaikat (Mat 4:11, Luk 22:43, Mrk 9:2)

Dasar Biblis dan Bapa Gereja : Mendoakan orang yang telah meninggal
2 Timotius 1 : 16-18
16. Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. 17. Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. 18. Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.
Santo Paulus berdoa untuk Onesiforus, kawannya yang telah meninggal dunia, yang hanya bermakna jika ia ditolong dengan doa.
1Kor 15:29
Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?
Dalam argumennya tentang kebangkitan badan, Santo Paulus menyebut (tanpa niat mengutuk atau menyetujui) praktik orang-orang yang mau dibaptis demi orang-orang yang telah meninggal, yang tidak bisa dibantu jika tidak ada “kondisi antara” untuk pemurnian.
Singkatnya, jika orang-orang Yahudi, Santo Paulus, dan orang-orang kristen perdana mendoakan orang mati, kita tidak perlu takut untuk juga mendoakan mereka yang telah mendahului kita. Mendoakan orang mati mengandaikan adanya kondisi antara, yakni kondisi pemurnian, apa pun namanya. Umat Katolik menyebutnya api penyucian.
==============================
Penjelasan dikutip dari buku Pembelaan Iman Katolik 1, oleh Frank Chacon dan Jim Burnham.
Berikut ini tulisan Bapa Gereja mengenai praktek berdoa bagi arwah orang yang sudah meninggal :

St. Ambrosius dari Milano (333-397)
Jika doaku terkabulkan, kalian berdua, Gratius dan Valentinianus (dua kaisar yang wafat waktu itu) akan bahagia. Bagi kalian tidak ada hari yang terlupakan. Tak ada doa yang lupa kupanjatkan bagi kehormatan kalian. Tidak akan ada malam yang kulewatkan tanpa memanjatkan doa bagi kalian. Pada setiap pengurbanan, aku akan ingat pada kalian. (De obitu Valent. N.78. ML 16, 1381)

St. Agustinus dari Hippo (354-430)
Doa Gereja sendiri atau doa masing-masing umat beriman bagi beberapa saudara yang sudah meninggal dunia, dikabulkan. Itulah doa untuk mereka yang dilahirkan kembali dalam Kristus, padahal hidupnya di dunia tidak begitu jelek, sehingga dianggap tidak pantas menerima belaskasihan, namun juga tidak begitu bagus, sehingga mereka dianggap tidak memerlukan belas kasihan itu. (De. Civ. Dei. 21, 24, 2. ML 41, 739)

Pesan St. Monika kepada St. Agustinus sebagaimana ia catat di buku Pengakuan (Confessiones)
Kuburkan badanku ini dimana kau kehendaki; janganlah merpeotkan kamu. Hanya inilah yang kuminta, agar kamu, dimana kau berada mendoakan aku di Altar Tuhan (Conf. I. 9. c. II, 27. ML 32, 775)

Kredit: http://luxveritatis7.wordpress.com