Dasar Biblis : Berdoa melalui Perantaraan Para Kudus
Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (Wahyu 5:8)
Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi
berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya
diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. (Wahyu 8: 3-4)
Orang Katolik yakin Orang Kristen yg telah meninggal sungguh hidup
bersama Kristus. Tuhan Yesus telah mengaruniakan hidup kekal kepada
mereka yang telah makan Tubuh dan Darah Kristus (dalam Ekaristi) seperti
yang dijanjikannya dalam Yoh 6:35, 48, 51, 53-58, “…Jikalau kamu tidak
makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai
hidup di dalam dirimu…. Barang siapa makan roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya.” Jadi dalam pengertian ini, Para Kudus yang meninggal
dalam Kristus tersebut, sesungguhnya lebih “hidup” dari pada kita, sebab
mereka telah bersatu dengan Sang Hidup itu sendiri yaitu Kristus, di
surga.
Gereja Katolik tidak membatasi bahwa pengertian “orang kudus” ini
hanya terbatas pada orang-orang yang masih hidup di dunia. Orang kudus
yang meninggal dalam Kristus, tidak berhenti menjadi orang kudus setelah
ia memasuki hadirat Allah yang ilahi. Para Orang Kudus yang sudah
meninggal dan masuk Surga ini juga merupakan bagian dari Gereja yang
Satu. Mereka tetap menjadi anggota Tubuh Kristus [yang satu] oleh karena
jasa Yesus Kristus sebagai Kepalanya. Jadi keanggotaan mereka dalam
Gereja tidak berhenti dgn kematian.
Itulah alasan doa-doa dari orang Kudus masih tetap dimohonkan,
sebagaimana kita meminta didoakan oleh orang-orang Kristen yg masih
hidup. Itulah alasan kenapa kami berdoa kepada Maria dan kepada
Orang-Orang Kudus yg telah meninggal. Mereka meminta Orang-Orang Kudus
ini mendoakan mereka kepada Allah. Jika kita semua setuju bahwa mereka
sungguh hidup bersama Kristus, maka mereka dapat berdoa untuk kita
kepada Allah sepanjang waktu.
“Hendaklah kamu saling mendoakan….doa orang yg benar, sangat besar kuasanya” (Yak 5:16; bdk. Why 8:3-4)
Apakah kamu mengatakan bahwa tidak memerlukan siapa-siapa selain
Tuhan? Jika iya maka kamu pasti lebih hebat daripada Yesus sendiri.
Bahkan Yesus sendiri pun menyediakan diri-Nya untuk dilayani oleh para
Kudus dan Malaikat (Mat 4:11, Luk 22:43, Mrk 9:2)
Dasar Biblis dan Bapa Gereja : Mendoakan orang yang telah meninggal
2 Timotius 1 : 16-18
16. Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus
yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai
aku di dalam penjara. 17. Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan
sudah juga menemui aku. 18. Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya
kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di
Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.
Santo Paulus berdoa untuk Onesiforus, kawannya yang telah meninggal dunia, yang hanya bermakna jika ia ditolong dengan doa.
1Kor 15:29
Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang
dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak
dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah
meninggal?
Dalam argumennya tentang kebangkitan badan, Santo Paulus menyebut
(tanpa niat mengutuk atau menyetujui) praktik orang-orang yang mau
dibaptis demi orang-orang yang telah meninggal, yang tidak bisa dibantu
jika tidak ada “kondisi antara” untuk pemurnian.
Singkatnya, jika orang-orang Yahudi, Santo Paulus, dan orang-orang
kristen perdana mendoakan orang mati, kita tidak perlu takut untuk juga
mendoakan mereka yang telah mendahului kita. Mendoakan orang mati
mengandaikan adanya kondisi antara, yakni kondisi pemurnian, apa pun
namanya. Umat Katolik menyebutnya api penyucian.
==============================
Penjelasan dikutip dari buku Pembelaan Iman Katolik 1, oleh Frank Chacon dan Jim Burnham.
Berikut ini tulisan Bapa Gereja mengenai praktek berdoa bagi arwah orang yang sudah meninggal :
St. Ambrosius dari Milano (333-397)
Jika doaku terkabulkan, kalian berdua, Gratius dan Valentinianus (dua
kaisar yang wafat waktu itu) akan bahagia. Bagi kalian tidak ada hari
yang terlupakan. Tak ada doa yang lupa kupanjatkan bagi kehormatan
kalian. Tidak akan ada malam yang kulewatkan tanpa memanjatkan doa bagi
kalian. Pada setiap pengurbanan, aku akan ingat pada kalian. (De obitu
Valent. N.78. ML 16, 1381)
St. Agustinus dari Hippo (354-430)
Doa Gereja sendiri atau doa masing-masing umat beriman bagi beberapa
saudara yang sudah meninggal dunia, dikabulkan. Itulah doa untuk mereka
yang dilahirkan kembali dalam Kristus, padahal hidupnya di dunia tidak
begitu jelek, sehingga dianggap tidak pantas menerima belaskasihan,
namun juga tidak begitu bagus, sehingga mereka dianggap tidak memerlukan
belas kasihan itu. (De. Civ. Dei. 21, 24, 2. ML 41, 739)
Pesan St. Monika kepada St. Agustinus sebagaimana ia catat di buku Pengakuan (Confessiones)
Kuburkan badanku ini dimana kau kehendaki; janganlah merpeotkan kamu.
Hanya inilah yang kuminta, agar kamu, dimana kau berada mendoakan aku
di Altar Tuhan (Conf. I. 9. c. II, 27. ML 32, 775)
Kredit: http://luxveritatis7.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar