Misdinar Vianney

Minggu, 31 Maret 2013

Selamat Paskah Misdinar Vianney

Selamat Paskah teman-teman Misdinar Vianney, tidak terasa latihan kita kurang lebih 2 bulan terbayar sudah setelah rangkaian paskah yang di muali dengan minggu palma hingga paskah hari ini berjalan dengan lancar meski ada kekurangan di sana sini, tapi itu tidak masalah. Paskah ini mungkin pengalaman pertama untuk teman-teman Misdinar Vianney angkatan 7 dalam ikut ambil bagian di dalam misa Triduum Paskah (Tri hari Paskah). Ada rasa lelah, bosan, suka maupun duka yang telah terjadi di saat latihan semoga tidak mengurangi semangat melayani teman-teman Misdinar, khususnya angkatan 6 dan 7 karena kalian harapan kami para Pungurus dan "Senior-Senior" lainnya sebagai penurus berikutnya.

Semoga Pelayan kita semakin bertambah setelah paskah ini dan untuk teman-teman Misdinar Vianney semua jangan pernah lelah melayani Tuhan di Altar-Nya yang Suci.

Dan ini ada beberapa foto saat teman-teman Misdinar Vianney bertugas.
Credit: Desy dan Komsos paroki vianney







Rabu, 20 Maret 2013

Tata Cara Liturgi - Sabtu Suci (Malam Paskah)

A. Upacara Cahaya
1. Kata Pembukaan
    Seluruh misdinar membuat lingkaran mengelilingi lilin paskah
2. Pemberkatan Api
3. Pemberkatan Lilin Paskah
4. Perarakan
   * Misdinar yang bertugas membawa lilin paskah segera mangangkat lilin paskah dan berjalan ke depan
      pintu utama
   * Misdinar yang lain membuat barisan dengan urutan baris terakhir di paling depan
   * Setelah perarakan sampai di depan altar dan seluruh lilin misdinar telah menyala segera seluruh misdinar
      menyebarkan api dari lilin paskah ke semua umat
5. Pujian paskah
    * Lilin tetap menyala hingga pujian paskah selesai dan misidinar menuju tempat duduknya dan
       membawa bell

B. Liturgi Sabda
1. Bacaan Pertama - Bacaan ketujuh
    * Tiap doa seluruh misdinar  berlutut menghadap Tabernakel
    * Saat doa ketujuh misdinar yang bertugas membunyikan bell segera menuju ketempatnya.
2. Kemuliaan
    * Membunyikan bel dan lonceng.
    * Misdinar yang bertugas menyalakan lilin altar segera menyalakan lilin altar
3. Doa Pembukaan
4. Bacaan Epistola
    * Misdinar yang bertugas mendampingi lektor/lektris segera melakkuan tugasnya
5. Bacaan Injil
    Seluruh misdinar bangkin berdiri
6. Homili

C. Liturgi Babtis
1. Ajakan Berdo
2. Litani Para Kudus
    Seluruh misdinar turun dan kembali menyebarkan lilin ke umat.
3. Pemberkatan air Babtis
    (Lilin di padamkan)  Misdinar yang tadi membawa lilin paskah naik dan mengangkat lilin paskah.
    Bersama Imam mencelupkan lilin paskah ke air babtis.
4. Pemberkatan Air Suci
    Misdinar kembali mengambil api dan menyebarkannya ke umat
5. Pembaharuan Janji Babtis
    Pada saat ""Kini saudara-saudara akan di perciki.... " misdinar yang bertugas percikan segera naik dan
    menemani Imam.
6. Doa Umat
    Misdinar yang bertugas membawa turibulum & navikula dan penjemput persembahan segera melakukan
    tugasnya masing-masing.

D. Liturgi Ekaristi
1. Doa Persembahan
2. Doa Syukur Agung
    Saat Romo mengatakan "... bersama para malaikan dan malaikan agung..." semua misdinar jengkeng sersama. Baris Pertama mengambil lilin altar dan berdiri di kedua sisi Altar.
3. Konsekrasi
4. Bapa Kami
5. Anak Domba Allah
    Seluruh misdinar berlutut kecuali yang bertugas membawa turibulum & navikula naik ke depan meja
    altar untuk menyalakan api dari lilin altar
6. Persiapan Komuni
7. Komuni
8. Doa Sesudah Komuni
9. Pengumuman

E. Ritus Penutup
1.   Berkat Pengutusan / Berkat Penutup
2.   Perarakan Keluar

Baca Juga
Minggu Palma Kamis Putih  Jumat Agung Paskah Misa Mingguan

Tata Cara Liturgi - Jumat Agung

A. Ritus Pembukaan
1. Kata Pengantar
   * Perarakan masuk melalui pintu utama.
   * Saat Imam meniarapkan atau berlutut seluruh misdinar berlutut dan menundukan kepala dan hening
      sejenak..
   * Misdinar menuju ketempat duduknya masing-masing tanpa jengkeng maupun hormat
3. Doa Pembukaan

B. Liturgi Sabda
1. Bacaan Pertama.
   Seluruh Misdinar duduk.
2. Mazmur Tanggapan
3. Bacaan Kedua
4. Bait Pengantar Injil
   Seluruh misdinar bangkit berdiri
5. Bacaan Injil ( Pasio, Kisah Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus)
    Saat bacaan "Selesailah sudah" (Lihat Buku Pekan Suci Hal. 70) seluruh misdinar berlutut dan
    menundukan kepala menghadap salib
6. Doa Umat Meriah
   * Seluruh misdinar turun ke depan Altar dan berlutut di depan Altar.

C. Upacara Penghormatan Salib
   * Misdinar yang bertugas membawa salib utama menuju pintu utama untuk perarakan salib.
   * Saat menjawab "Marilah kita sembah" atau "Mari kita bersembah sujud kepada-Nya" seluruh misdinar
      berlutut.
   * Saat Salib utama sudah tiba di depan altar misdinar yang lainnya langsung membuat barisan hingga batas
      yang di tentukan untuk menyembah salib
   * Saat selesai misdinar yang bertugas membawa salib utama memberikan salib yang dia pegang ke
      temannya dan kemudian membereskan altar

D. Liturgi Ekaristi
1. Bapa Kami
   * Misdinar masuk dengan membawa lilin padam dan misdinar yang bertugas mengambil api di lilin altar
      segera melakukan tugasnya.
2. Doa Penutup
   Seluruh misdinar bankit berdiri

E. Ritus Penutup
1. Berkat Pengutursan / Berkat Penutup
2. Perarakan keluar ( Hening )

Baca juga:
Minggu Palma  Kamis Putih Sabtu Suci (Malam Paskah) Paskah

Tata Cara Litugi - Kamis Putih

A. Ritus Pembukaan
1.  Perarakan
2.  Kata Pengantar
3.  Tanda Salib
4.  Seruan Tobat
5.  Tuhan Kasihani Kami
     Misdinar yang bertugas membunyikan lonceng melakukan tugasnya
6.  Kemuliaan
7.  Doa Pembukaan

B. Liturgi Sabda
1.  Bacaan Pertama
     Misdinar yang bertugas mendampingi lektor/lektris melakukan tugasnya
2.  Mazmur Tanggapan
     Misdinar yang bertugas membawa turibulum & navikula keluar  menuju sakristi untuk mengambil
     turibulum & navikula.
3.  Bacaan Kedua
4.  Bait Pengantar Injil
     Seluruh misdinar bangkit berdiri
5.  Bacaan Injil
6.  Homili

C. Upacara Pembasuhan Kaki
     Misdinar yang bertugas membawa Air, handuk, air cadangan, baskom, celemek melakukan tugasnya

1.  Doa Umat
     Seluruh misdinar turun ke depan Altar.
     * Baris pertama - ketiga menjemput persembahan
     * Misdinar pembawa turibulum & navikula keluar mengambil turibulum & navikula di sakristi
     * Baris ke 5 perempuan tetap tinggal di atas untuk memindahkan sibori dari meja kreden ke Altar

D.  Liturgi Ekaristi

1.  Persembahan
     Menerima dan membawa persembahan ketempatnya: Piala di  letakan di Altar dan Ampul di letakan di
     meja kreden. Untuk  yang lainnya seperti: Sibori di letakan di Altar, buah dan bunga di letakan di depan
     atau disamping Altar
2  Doa Persembahan
3.  Doa Syukur Agung
     Saat Romo mengatakan "... bersama para malaikan dan malaikan agung..." semua misdinar jengkeng
     sersama.
     Baris Pertama mengambil lilin altar dan berdiri di kedua sisi Altar.
4.  Konsekrasi
     Misdinar yang bertugas membunyikan pletokan pada saat Konsekrasi sebagai pengganti gong
5.  Bapa Kami
6.  Anak Domba Allah
    Seluruh misdinar berlutut kecuali yang bertugas membawa turibulum & navikula naik ke depan meja altar
    untuk menyalakan api dari lilin altar
7.  Persiapan Komuni
8.  Komuni
9.  Doa Sesudah Komuni
     Seluruh misdinar berlutut di depan altar kecuali misdinar pembawa turibulum & navikula dan juga yang
     bertugas membawa Vilum langsung menuju sakristi untuk melakukan tugasnya.
10.  Pesiapan Perarakan Sakramen Mahakudus
      Setelah Doa penutup selesai seluruh misdinar bangkit berdiri.
     * Misdinar pembawa turibulum & navikula dan Vilum naik ke samping meja kreden
     * Misdinar pembawa salib dan lilin naik dan segera membuat barisan perarakan dan di ikuti oleh misdinar
        lainnya.

D. Perarakan Sakramen Mahakudus
Urutan Perarakan Sakramen Mahakudus: Turibulum, Navikula, Salib dan di apit lilin di kanan kiri, di ikuti misdinar lainnya kemudian Romo pembawa Sakramen Mahakudus.

Note:
Misa Pertama :
* Seletah selesai Perarakan Sakramen Mahakudus kembali menuju depan altar Romo meletakan kembali Monstran di altar.
* Misdinar pembawa salib dan lilin meletakan kembali salib dan lilin ketempat semula.
* Kemudian Jengkeng bersama dan keluar menuju Sakristi

Misa Ke-2:
* Perhentian terakhir Perarakan Sakramen Mahakudus di tempat  melakukan tuguran dan di lanjutkan dengan Doa sejenak di depan Sakramen Mahakudus
* Seluruh petugas liturgi keluar menuju sakristi kecuali misdinar pembawa salib menaruh kemabi salib kealtar.

Baca juga:
Minggu Palma  Jumat Agung Sabtu Suci (Malam Paskah) Paskah Misa Mingguan

Tata Cara Liturgi - Misa Minggu Palma

A. Ritus Pembukaan
1.   Perarakan .
Perarakan di muali dari Sakristi menuju pintu utam dengan urutan: Wirug, Dupa, Salib+Lilin(Lentera di kanan kiri) di sambung dengan baris 2 sampai baris terakhir.
2.   Tanda Salib.
3.   Kata Pengantar.
4.   Pemberkatan Daun Palma.
       Misdinar yg bertugas membawa bejana aspergil (Percikan) segera melaksanakan tugasnya.
5.   Bait Pengantar Injil.
6.   Bacaan Injil
7.   Homili Singkat.
8.   Perarakan menuju Gereja.
      Seletah sampai depan Altar, Romo memberkati Altar -> setelah selesai jengkeng bareng dan menuju
      tempat duduknya masing².
9.   Tuhan Kasihanilah Kami.
10. Doa Pembukaan.

B. Liturgi Sabda.
1.   Bacaan Pertama.
2.   Mazmur Tanggapan.
3.   Bacaan Kedua.
4.   Bait Pengantar Injil.
5.   Pasio.
      Setelah pembawa Pasio mengatakan "Setelah berkata demikian, Yesus Wafat." (Lihat Buku  Pekan Suci
      Hal. 33 (Untuk Tahun C) semua berlutut menghadap Salib dan hening sejenak.
6.   Doa Umat.
      Misdinar yang bertugas membawa wirug keluar menuju sakristi untuk mengambil wirug dan misdinar
      yang bertugas menjemput persembahan segera menuju pintu utama untuk menjemput persembahan.
7.   Persembahan.
      Membawa persembahan ketempatnya: Piala di letakan di Altar dan Ampul di letakan dimeja kreden.
      Untuk yang lainnya seperti: Sibori di letakan di Altar, buah dan bunga di letakan di depan atau
       di samping Altar.

C. Liturgi Ekaristi
1. Doa Persembahan.
2. Doa Syukur Agung.
    * Saat Romo mengatakan "... bersama para malaikan dan malaikan agung..." semua misdinar jengkeng
       bersama.
    * Baris Pertama mengambil lilin altar dan berdiri di kedua sisi Altar dan yang bertugas memukul gong
       naik ke samping gong.
3. Konsekrasi.
4. Bapa Kami.
    Baris pertama dan misdinar yang bertugas memukul gong turun dan jengkeng bersama. Kemudian baris
     pertama,baris kedua dan yang bertugas wirug keluar menuju sakristi untuk mengambil lentera.
5. Anak Domba Allah.
   Semua misdinar berlutut di depan altar kecuali misdinar yang membawa lentera.
6. Persiapan Komuni.
    Setelah semua misdinar selesai berdoa, seluruh misdinar bangkit berdiri dan pergi menuju tempat
    komuni untuk menemani romo, prodiakon maupun suster.
7. Doa Sesudah Komuni.
    Semua misdinar bangkit berdiri.
8. Pengumuman.

D. Ritus Penutup
1.   Berkat Pengutusan / Berkat Penutup.
2.   Perarakan Keluar.
      Saat lagu syukur/lagu penutup semua misdinar turun ke depan altar dan jengkeng bersama semua
      petugas liturgi dan keluar menuju sakristi..


Baca Juga:
Kamis Putih  Jumat Agung Sabtu Suci  Paskah  Misa Mingguan

Minggu, 13 Januari 2013

Busana Liturgi 2


SUPERPLI

Istilah superpli berasal dari bahasa Latin “superpellicium” yang artinya “di atas dada”. Superli adalah pakaian luar seperti rok yang berwarna putih, panjangnya sampai di atas lutut dan memiliki lengan baju yang lebar; terkadang dengan renda-renda di bagian lengan dan lipatannya. Superpli dipakai oleh imam atau diakon dalam rangka ibadat atau perayaan liturgi di luar misa, seperti adorasi, ibadat tobat, mengantar Komuni, dan ibadat-ibadat lain. Superpli merupakan pengganti alba. Tapi, tidak boleh sembarangan memakai superpli. Kalau pelayan mengenakan kasula atau dalmatik, ia harus mengenakan alba, tidak boleh menggantikan alba dengan superpli. Superpli bisa juga dikenakan oleh siapa saja yang bertugas dalam liturgi, termasuk para broeder, frater dan misdinar.



PLUVIALE

Arti harafiah pluviale ialah mantel hujan. Pluviale yang dipergunakan dalam liturgi merupakan kain mantel besar, indah, yang dikalungkan pada leher dari belakang dengan kancing rantai dari kedua sudut atas mantel. Dalam liturgi, pluviale dipakai oleh uskup atau imam pada perayaan liturgi di luar Perayaan Ekaristi, seperti prosesi, adorasi atau astuti, pemberkatan dengan Sakramen Mahakudus, pemberkatan mempelai tanpa misa kudus atau upacara pemberkatan lain.



VELUM

Velum merupakan sebutan bagi kain segi empat sepanjang 2-3 meter dan lebarnya sekitar 60 cm, berwarna putih atau kuning atau emas dengan hiasan indah, memiliki rantai kancing pada kedua ujung yang dapat dicantelkan di depan dada. Velum yang berarti kain selubung ini digunakan dengan cara dikalungkan dari belakang dan dikenakan pada punggung. Velum digunakan oleh imam atau diakon untuk menyelubungi pegangan monstrans yang berisi Sakramen Mahakudus dalam rangka prosesi Sakramen Mahakudus atau pemberkatan umat dengan Sakramen Mahakudus. Memang unsur busana ini tidak dipakai dalam Perayaan Ekaristi, namun sangat berkaitan dengan Sakramen Ekaristi, yakni dalam adorasi atau penghormatan kepada Sakramen Mahakudus. Kain semacam itu biasanya dihiasi. Namun ada juga yang tanpa hiasan, namun dipakai untuk membawa tongkat gembala dan mitra uskup, ketika seorang uskup memimpin Perayaan Ekaristi meriah. Velum untuk tongkat dan mitra uskup biasanya berwarna putih saja.


DALMATIK

Dalam Perayaan Ekaristi, busana khusus bagi imam selebran ialah kasula; busana khusus bagi diakon ialah Dalmatik. Bentuk dalmatik agak mirip kasula, tetapi berbeda juga, sebab ujung dalmatik biasa dibuat persegi atau bersudut (pada kasula tidak) dan motif hiasan berupa garis-garis salib besar. Dalmatik dikenakan setelah stola diakon. Ini adalah busana resmi diakon tatkala bertugas melayani dalam Misa, khususnya yang bersifat agung / meriah. Tetapi, kalau tidak perlu atau dalam perayaan liturgi yang kurang meriah, diakon tidak harus mengenakan dalmatik. Busana ini melambangkan sukacita dan kebahagiaan yang merupakan buah-buah dari pengabdiannya kepada Allah. Warna atau motif dalmatik disesuaikan dengan kasula imam yang dilayaninya pada waktu Misa.



STOLA DIAKON

Sama dengan stola imam, hanya cara mengenakannya yang berbeda. Imam mengenakan stola dengan cara mengalungkannya pada leher, dua ujung stola dibiarkan menggantung. Diakon mengenakan stola dengan cara menyilangkannya dari pundak kiri ke pinggang kanan. Karena stola merupakan tanda jabatan kepemimpinan liturgi resmi, maka stola hanya boleh dikenakan oleh para pelayan yang ditahbiskan, yaitu uskup, imam dan diakon.

sumber : 1. “Simbol-Simbol Sekitar Perayaan Ekaristi: Busana Liturgis”; Pamflet Liturgi M3 Mengalami, Merawat, Menarikan Liturgi; diterbitkan oleh ILS

Busana Liturgi Dan Doa


      AMIK, Tanda Perlindungan

Amik adalah selembar kain lenan putih berbentuk segi empat dengan dua tali panjang di dua ujungnya. Imam mengenakannya sekeliling leher, menutupi bahu dan pundak, menyilangkan kedua tali di depan (membentuk salib St Andreas), dan lalu membawa tali ke belakang punggung, melilitkannya sekeliling pinggang dan mengikatkannya dengan suatu simpul. Tujuan praktis amik adalah untuk menutupi jubah biasa imam, dan untuk menyerap keringat dari kepala dan leher. Di kalangan Graeco-Romawi, amik adalah penutup kepala, seringkali dikenakan di bawah topi baja para prajurit Romawi untuk menyerap keringat, dengan demikian mencegah keringat menetes ke mata. Tujuan rohani amik adalah mengingatkan imam akan nasehat St Paulus, “Terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah” (Ef 6:17).

Doa ketika mengenakan amik:
“Tuhan, letakkanlah pelindung keselamatan pada kepalaku untuk menangkis segala serangan setan.”

      ALBA, Citra Kekudusan

Alba adalah pakaian putih panjang hingga sebatas pergelangan kaki, dan memiliki lengan panjang hingga pergelangan tangan. Kata “alba” dalam bahasa Latin artinya “putih”. Alba adalah pakaian luar yang umum dikenakan di kalangan Graeco-Romawi dan mirip dengan soutane yang dikenakan di Timur Tengah. Tetapi, mereka yang berwenang mengenakan alba dengan kualitas yang lebih baik dengan aneka sulaman atau gambar. Beberapa alba modern memiliki kerah sehingga amik tidak diperlukan lagi. Tujuan rohani alba adalah mengingatkan imam akan pembaptisannya, saat kain putih diselubungkan padanya guna melambangkan kemerdekaannya dari dosa, kemurnian hidup baru, dan martabat Kristiani. Di samping itu, Kitab Wahyu menggambarkan para kudus yang berdiri sekeliling altar Anak Domba di surga sebagai“Orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba” (7:14). Demikian pula imam wajib mempersembahkan Misa dengan kemurnian tubuh dan jiwa, dan dengan kelayakan martabat imamat Kristus. Di beberapa negara tropis, termasuk Indonesia, jika tidak ada alba, maka dapat dipakai jubah yang berwarna putih.

Doa ketika mengenakan alba:
“Sucikanlah aku, ya Tuhan, dan bersihkanlah hatiku, agar aku boleh menikmati kebahagiaan kekal karena telah dibasuh dalam darah Anak Domba.”

      SINGEL, Tali Kesucian

Singel adalah tali yang tebal dan panjang dengan jumbai-jumbai pada kedua ujungnya, yang diikatkan sekeliling pinggang untuk mengencangkan / merapikan alba. Singel merupakan simbol nilai kemurnian hati dan pengekangan diri. Singel dapat berwarna putih atau sesuai dengan warna masa liturginya. Di kalangan Graeco-Romawi, singel adalah bagaikan ikat pinggang. Tujuan rohani singel adalah mengingatkan imam akan nasehat St Petrus, Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu” (1 Pet 1:13-15).

Doa ketika mengenakan singel:
“Tuhan, kuatkanlah aku dengan tali kesucian ini dan padamkanlah hasrat ragawiku, agar kebajikan pengekangan diri dan kemurnian hati dapat tinggal dalam diriku.”

      STOLA, Lambang Penugasan Resmi

Stola adalah semacam selendang panjang, kira-kira 4 inci (± 10 cm) lebarnya, warnanya sama dengan kasula, yang dikalungkan pada leher. Stola diikatkan di pinggang dengan singel. Stola merupakan simbol bahwa pemakainya sedang melaksanakan tugas resmi Gereja, terutama menyangkut tugas pengudusan (imamat). Secara khusus, sesuai dengan doa ketika mengenakannya, stola dimaknai sebagai simbol kekekalan. Sebelum pembaharuan Konsili Vatikan Kedua, stola disilangkan di dada imam untuk melambangkan salib. Stola juga berasal dari budaya masa lampau. Para rabi mengenakan selendang doa dengan jumbai-jumbai sebagai tanda otoritas mereka. Stola yang disilangkan juga merupakan simbolisme dari ikat pinggang bersilang yang dikenakan para prajurit Romawi: satu ikat pinggang dengan pedang di pinggang, dan ikat pinggang lainnya dengan kantong perbekalan, misalnya air dan makanan. Dalam arti ini, stola mengingatkan imam bukan hanya pada otoritas dan martabatnya sebagai imam, melainkan juga tugas kewajibannya untuk mewartakan Sabda Allah dengan gagah berani dan penuh keyakinan(“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun” Ibr 4:12) dan untuk melayani kebutuhan umat beriman. Sekarang, imam mengenakan stola yang dikalungkan pada leher dan ujungnya dibiarkan menggantung, tidak disilangkan. Stola yang sempit biasanya dikenakan di dalam kasula, sedangkan stola yang lebar dikenakan di atas kasula.

Doa ketika mengenakan stola:
“Ya Tuhan, kenakanlah kembali stola kekekalan ini, yang telah hilang karena perbuatan para leluhur kami, dan perkenankanlah aku meraih hidup kekal meski aku tak pantas menghampiri misteri-Mu yang suci.”

      KASULALambang Cinta dan Pengorbanan

Kasula, disebut juga planeta, adalah pakaian luar yang dikenakan di atas alba dan stola. Kasula merupakan busana khas imam, khususnya selebran dan konselebran utama, yang dipakai untuk memimpin Perayaan Ekaristi. Kasula melambangkan keutamaan cinta kasih dan ketulusan untuk melaksanakan tugas yang penuh pengorbanan diri bagi Tuhan. Selama berabad-abad model kasula telah mengalami beberapa perubahan dan variasi. Kasula berasal dari kata Latin “casula” yang artinya “rumah”; kasula di kalangan Graeco-Romawi serupa sebuah mantol tanpa lengan yang sepenuhnya menutupi tubuh dan melindungi si pemakai dari cuaca buruk. Tujuan rohani kasula adalah mengingatkan imam akan kasih dan pengurbanan Kristus, “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol 3:14).

Doa ketika mengenakan kasula:
“Ya Tuhan, Engkau pernah bersabda: `kuk yang Ku-pasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.' Buatlah aku sanggup mengenakan pakaian ini agar dapat memperoleh rahmatmu. Amin.”

Pada Abad Pertengahan, muncul dua interpretasi populer mengenai makna busana liturgis ini. Interpretasi yang paling umum menafsirkan busana liturgis sebagai simbol sengsara Yesus: kain yang digunakan prajurit untuk menutup muka-Nya (amik) dan jubah (alba) sementara Ia diolok-olok dan disesah; tali-temali dan belenggu (singel) yang membelenggu-Nya sepanjang penderaan; salib (stola) yang Ia panggul; dan jubah tak berjahit (kasula) yang atasnya para prajurit membuang undi. Interpretasi lain yang juga populer lebih berfokus pada busana itu dari asal-usulnya yang dari militer Romawi, yang dipandang sebagai simbol imam sebagai laskar Kristus yang berperang melawan dosa dan setan.

Pada intinya, busana-busana liturgis yang dikenakan dalam perayaan Misa memiliki dua tujuan utama. Pertama, “Gereja adalah Tubuh Kristus. Dalam Tubuh itu tidak semua anggota menjalankan tugas yang sama. Dalam perayaan Ekaristi, tugas yang berbeda-beda itu dinyatakan lewat busana liturgis yang berbeda-beda. Jadi, busana itu hendaknya menandakan tugas khusus masing-masing pelayan. Di samping itu, busana liturgis juga menambah keindahan perayaan liturgis” (Pedoman Umum Misale Romawi No. 335). Kedua, busana liturgis mengilhami imam dan semua umat beriman untuk merenungkan arti simboliknya yang kaya makna.


* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College in Alexandria and pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls.
sumber : “Straight Answers: Liturgical Vestments” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2001 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
tambahan : “Simbol-Simbol Sekitar Perayaan Ekaristi: Busana Liturgis”; Pamflet Liturgi M3 Mengalami, Merawat, Menarikan Liturgi; diterbitkan oleh ILSKI (Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia)
gambar : “Vestments” by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Jadwal Mingguan Bulan Januari - April 2013

Lama tidak muncul di blog dan ngk kerasa udah tahun 2013 dan itu berartinya pembagian Jadwal Tugas Mingguan yang baru. Oke deh langsung aja di cek

Untuk download Kelompok dan Jadwal untuk bulan Januari - April 2013 bisa di download di Kelompok dan Jadwal

Oh ya, kita juga mengadakan Daftar Ulang misdinar Aktif yang bertujuan untuk mengupdate data base kita dan melihat jumlah Misdinar kita sekarang. Untuk itu formulir dapat di download di Formulir dan di kembalikan hingga bulan febuari 2013.